Komunikasi
dalam Manajemen
A.
Defenisi
Komunikasi
Komunikasi
sering kita lakukan dalam sehari-hari, komunikasi ini merupakan kebutuhan yang
paling mendasar manusia. Saat seseorang dengan orang lain berdekatan maka
terjadi komunikasi secara verbal, namun jika mereka berada dalam jarak yang
jauh mereka menggunakan beberapa cara untuk berkomunikasi.
Menurut
Onong Uchjana Effendy komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang
kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku,
baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung
B.
Proses
Komunikasi
Komunikasi
memiliki hubungan yang erat sekali dengan kepemimpinan, bahkan dapat dikatakan
bahwa tiada kepemimpinan tanpa komunikasi. Apalagi syarat seorang pemimpin
selain ia harus berilmu, berwawasan kedepan, ikhlas, tekun, berani, jujur,
sehat jasmani dan rohani, ia juga harus memiliki kemampuan berkomunikasi,
sehingga Rogers (1969:180) mengatakan “Leadership is Communication. Kemampuan
berkomunikasi akan menentukan berhasil tidaknya seorang pemimpin dalam
melaksanakan tugasnya. Setiap pemimpin (leader) memiliki pengikut (flower) guna
meralisir gagasannya dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Disinilah pentingnya
kemampuan berkomunikasi bagi seorang pemimpin, khususnya dalam usaha untuk
mempengaruhi prilaku orang lain. Inilah hakekatnya dari suatu manajemen dalam
organisasi. Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasisan, pengarahan
dan pengawasan dengan memberdayakan anggota organisasi dan penggunaan sumber
daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
(Handoko, 2003: 8). Menajemen sering juga didefinisikan sebagai seni untuk
melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain. Para manejer mencapai tujuan
organisasi dengan cara mengatur orang lain untuk melaksanakan tugas apa saja
yang mungkin diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut (Stoner, 1996 : 7)
Manajemen
dibutuhkan oleh semua organisasi, karena tanpa manajemen, semua usaha akan
sia-sia dan pencapaian tujuan akan lebih sulit. Paling kurang ada tiga alasan
utama mengapa manajemen itu dibutuhkan. Pertama : Untuk mencapai tujuan.
Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan suatu organisasi dan pribadi; kedua
: 2
Untuk
menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan
kegiatan-kegiatan dari pihak yang berkepentingan dalam organisasi, seperti
pemilik dan karyawan, maupun kreditur, pelanggan, konsumen, supplier, serikat
kerja, assosiasi perdagangan, masyarakat dan pemerintah. Ketiga : Untuk
mencapai efisiensi dan efektivitas. Suatu kerja organisasi dapat diukur dengan
banyak cara yang berbeda. Salah satu cara yang umum adalah efisiensi dan
efektivitas. B. Komunikasi Dalam Organisasi Komunikasi dalam organisasi adalah
: Komunikasi di suatu organisasi yang dilakukan pimpinan, baik dengan para
karyawan maupun dengan khalayak yang ada kaitannya dengan organisasi, dalam
rangka pembinaan kerja sama yang serasi untuk mencapai tujuan dan sasaran
organisasi (Effendy,1989: 214). Manajemen sering mempunyai masalah tidak
efektifnya komunikasi. Padahal komunikasi yang efektif sangat penting bagi para
manajer, paling tidak ada dua alasan, pertama, komunikasi adalah proses melalui
mana fungsi-fungsi manajemen mulai dari perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan dapat dicapai; kedua, komunikasi adalah kegiatan
dimana para manejer mencurahkan sebagian besar proporsi waktu mereka. Proses
Komunikasi memungkinkan manejer untuk melaksanakan tugas-tugas mereka. Informasi
harus dikomunikasikan kepada stafnya agar mereka mempunyai dasar perencanaan,
agar rencana-rencana itu dapat dilaksanakan. Pengorganisasian memerlukan
komunikasi dengan bawahan tentang penugasan mereka. Pengarahan mengharuskan
manejer untuk berkomunikasi dengan bawahannya agar tujuan kelompo dapat
tercapai. Jadi seorang manejer akan dapat melaksanakan fungsi-fungsi manajemen
melalui interaksi dan komunikasi dengan pihak lain. Sebahagian besar waktu
seorang manejer dihabiskan untuk kegiatan komunikasi, baik tatap muka atau
melalui media seperti Telephone, Hand Phone dengan bawahan, staf, langganan
dsb. Manejer melakukakan komunikasi tertulis seperti pembuatan memo, surat dan
laporan-laporan.
C.
Hambatan
Komunikasi
Merupakan
jenis hambatan berupa fisik, misalnya cacat pendengaran (tuna rungu), tuna
netra, tuna wicara. Maka dalam hal ini baik komunikator maupun komunikan harus
saling berkomunikasi secara maksimal. Bantuan panca indera juga berperan
penting dalam komunikasi ini.
Contoh: Apabila terdapat seorang
perawat dengan pasien berusia lanjut. Dalam hal ini maka perawat harus bersikap
lembut dan sopan tapi bukan berarti tidak pada pasien lain. Perawat harus lebih
memaksimalkan volume suaranya apabila ia berbicara pada pasien tuna rungu.
Begitu pula halnya dengan si pasien. Apabila si pasien menderita tuna wicara
maka sebaiknya ia mengoptimalkan panca inderanya (misal: gerakan tangan,
gerakan mulut) agar si komunikan bisa menangkap apa yang ia ucapkan. Atau si
pasien tuna wicara isa membawa rekan untuk menerjemahkan pada si komunikan apa
yang sebetulnya ia ucapkan.
HAMBATAN SEMANTIK DALAM PROSES
KOMUNIKAS
Semantik adalah pengetahuan tentang
pengertian atau makna kata (denotatif). Jadi hambatan semantik adalah hambatan
mengenai bahasa, baik bahasa yang digunakan oleh komunikator, maupun komunikan.
Hambatan semantik dibagi menjadi 3,
diantaranya:
·
Salah pengucapan kata atau istilah karena
terlalu cepat berbicara.
contoh: partisipasi menjadi
partisisapi
·
Adanya perbedaan makna dan pengertian pada
kata-kata yang pengucapannya sama
Contoh: bujang (Sunda: sudah;
Sumatera: anak laki-laki)
·
Adanya pengertian konotatif
Contoh: secara denotative, semua
setuju bahwa anjing adalah binatang berbulu, berkaki empat. Sedangkan secara
konotatif, banyak orang menganggap anjing sebagai binatang piaraan yang setia,
bersahabat dan panjang ingatan.
Jadi apabila ini disampaikan secara
denotatif sedangkan komunikan menangkap secara konotatif maka komunikasi kita
gagal.
HAMBATAN PSIKOLOGIS DALAM PROSES
KOMUNIKASI
Disebut sebagai hambatan psikologis
karena hambatan-hambatan tersebut merupakan unsur-unsur dari kegiatan psikis
manusia.
Hambatan psikologi dibagi menjadi 4
:
·
Perbedaan kepentingan atau interest
Kepentingan
atau interst akan membuat seseorang selektif dalam menganggapi atau menghayati
pesan. Orang hanya akan memperhatikan perangsang (stimulus) yang ada
hubungannya dengan kepentingannya. Effendi (1981: 43) mengemukakan secara
gamblang bahwa apabila kita tersesat dalam hutan dan beberapa hari tak menemui
makanan sedikitpun, maka kita akan lebih memperhatikan perangsang-perangsang
yang mungkin dapat dimakan daripada yang lain. Andaikata dalam situasi demikian
kita dihadapkan pada pilihan antara makanan dan sekantong berlian, maka
pastilah kita akan meilih makanan. Berlian baru akan diperhatikan kemudian.
Lebih jauh Effendi mengemukakan, kepentingan bukan hanya mempengaruhi kita saja
tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku kita.
Sebagaimana
telah dibahas sebelumnya, komunikan pada komunikasi massa bersifat heterogen.
Heterogenitas itu meliputi perbedaan usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan
yang keseluruhannya akan menimbulkan adanya perbedaan kepentingan. Kepentingan
atau interest komunikan dalam suatu kegiatan komunikasi sangat ditentukan oleh
manfaat atau kegunaan pesan komunikasi itu bagi dirinya. Dengan demikian,
komunikan melakukan seleksi terhadap pesan yang diterimanya.
Kondisi
komunikan seperti ini perlu dipahami oleh seorang komunikator. Masalahnya,
apabila komunikator ingin agar pesannya dapat diterima dan dianggap penting
oleh komunikan, maka komunikator harus berusaha menyusun pesannya sedemikian
rupa agar menimbulkan ketertarikan dari komunikan.
Prasangka
Menurut
Sears, prasangka berkaitan dengan persepsi orang tentang seseorang atau
kelompok lain, dan sikap serta perilakunya terhadap mereka. Untuk memperoleh
gambaran yang jelas mengenai prasangka, maka sebaiknya kita bahas terlebih
dahulu pengertian persepsi.
Persepsi adalah pengalaman objek
pribadi, peristiwa faktor dari hambatan : personal dan situasional.
Untuk mengatasi hambatan komunikasi
yang berupa prasangka pada komunikan, maka komunikator yang akan menyampaikan
pesan melalui media massa sebaiknya komunikator yang netral, dalam arti ia
bukan orang controversial, reputasinya baik artinya ia tidak pernah terlibat
dalam suatu peristiwa yang telah membuat luka hati komunikan. Dengan kata lain
komunikator itu harus acceptable. Disamping itu memiliki kredibilitas yang
tinggi karena kemampuan dan keahliannya.
Stereotip
Adalah
gambaran atau tanggapan mengenai sifat atau watak bersifat negative
(Gerungan,1983:169). Jadi stereotip itu terbentuk pada dirinya berdasarkan
keterangan-keterangan yang kurang lengkap dan subjektif.
Contoh: Orang Batak itu berwatak
keras sedangkan orang Jawa itu berwatak lembut.
Seandainya dalam proses komunikasi
massa ada komunikan yang memiliki stereotip tertentu pada komunikatornya, maka
dapat dipastikan pesan apapun tidak dapat diterima oleh komunikan.
Motivasi
Merupakan
suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak, alasan-alasan atau
dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu
(Gerungan 1983:142).
Motif adalah sesuatu yang mendasari
motivasi karena motif memberi tujuan dan arah pada tingkah laku manusia.
Tanggapan seseorang terhadap pesan komunikasi pun berbeda sesuai dengan jenis
motifnya.
Motif dibagi menjadi 2 macam,
yaitu:
Motif Tunggal
Contoh: Motif seseorang menonton
acara “Seputar Indonesia” yang disiarkan RCTI adalah untuk memperoleh
informasi.
Motif Bergabung
Contoh: (kasus yang sama dengan
motif tunggal) tetapi bagi orang lain motif menonton televisi adalah untuk
memperolh informasi sekaligus mengisi waktu luang.
UPAYA-UPAYA DALAM MENGATASI
HAMBATAN BERKOMUNIKASI
Untuk mengetahui hambatan tersebut
dapat ditanggulangi dengan cara sebagai berikut :
Mengecek arti atau maksud yang disampaikan
Bertanya lebih lanjut pada si
komunikan apakah ia sudah mengerti apa yang si komunikator bicarakan.
Contoh: Perawat bertanya pada
pasien “Apakah sudah mengerti, Pak?”
Meminta penjelasan lebih lanjut
Sama halnya dengan poin pertama
hanya saja disini si komunikator lebih aktif
berbicara untuk memastikan apakah ada hal lain yang perlu ditanyakan
lagi.
Contoh: “Apa ada hal lain yang
kurang jelas, Bu?”
Mengecek umpan balik atau hasil
Memancing kembali si komunikator
dengan mengajukan pertanyaan mengenai hal atau pesan yang telah disampaikan
kepada komunikan.
Contoh: “Tadi obatnya sudah diminum
, Pak?” Sebelumnya si komunikator telah berpesan pada komunikan untuk meminum
obat.
Mengulangi pesan yang disampaikan memperkuat dengan bahasa isyarat
Contoh: “Obatnya diminum 3 kali
sehari ya” sambil menggerakkan tangan.
Mengakrabkan antara pengirim dan penerima
Dalam hal ini komunikator lebih
mendekatkan diri dengan berbincang mengenai hal-hal yang menyangkut keluarga,
keadaannya saat ini (keluhan tentang penyakitnya).
Membuat pesan secara singkat, jelas dan tepat
Si komunikator sebaiknya menyampaikan
hanya hal-hal yang berhubungan pasien (atau yang ditanyakan pasien) sehingga
lebih efisien dan tidak membuang-buang waktu.
Daftar Pustaka :