Selasa, 25 Juni 2013

Rangkuman Softskil

Tulisan 1
A.    Konsep Sehat
Sehat itu normal berdasarkan kriteria sesuai jenis  kelamin dan komunitas masyarakat.orang yang sehat adalah orang yang menjaga pola makan dan kesehatannya,Pengertian sehat menurut WHO adalah suatu keadaan fisik yang baik dan terbebas dari penyakit dan kelemahan
Sehat fisikOrang yang sehat secara fisik adalah orang yang tidak merasa sakit secara klinis dan organ tubuh normal berfungsi lebih baik
i.    Sehat Mental (jiwa),mencakup sehat : pirikiran emosional dan spritual
Sehat pikiran adalah orang yang mampu berpikir secara logis,sedangkan sehat spritual adalah tercermin seseorang mengekspresikan rasa syukur kepada Sang Pencipta alam dan seisinya

B.    Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental
Zaman dulu orang menduga penyebab penyakit mental adalah setan/roh jahat. Oleh karena itu  orang yang mengalami gangguan mental di masukkan kedalam penjara bawah tanah dan diiikan dengan rantai besi.
Kesehatan mental diciptakan oleh W.Swetster di tahun 1843,dan penuh dengan konten yang sebenarnya melalui pribadi melalui pengalam seseorang.
Tujuan mempelajari kesehatan mental,yaitu :
a.    Memahami makna kesehatan mental dan faktor-faktor penyebabnya
b.    Memahami pendekatan yang digunakan penanganan kesehatan mental
c.    Memiliki kemampuan dasar untuk mencegah kesehatan mental di masyarakat
d.    Meningkatkan kesehatan mental pada masyarakat untuk mengurangi gangguan mental
C.    Pendekatan kesehatan Mental
    Orientasi Klasik
Orientasi digunakan oleh kedokteran yang biasa disebut Pdikiatri mengartikan sehat tanpa ada keluhan baik fisik maupun mental.
Orang yang memiliki kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan dapat digolongkan sehat mental,sebaliknya orang yang tidak dapat menyesuaikan diri digolongkan diri sebagai tidak sehat mental.
    Orientasi Pengenalan diri
Dengan menggunakan orientasi penyesuaian diri,pengertian sehat mental tidak dapat dilepaskan dari konteks lingkungan tenpat individu hidup.
    Orientasi Pengembangan Potensi
Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata yang menjadi pengendali utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlah akal pikiran semata-mata, akan tetapi yang lebih penting dan kadang-kadang sangat menentukan adalah perasaan
Tulisan 2
A.    Teori Kepribadian Sehat
•    Aliran Psikoanalisa
Psikoanalisa merupakan suatu bentuk model kepribadian.Teori ini sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Sigmun Freud (1856-1938). freud melihat individu dari sisi negatif nya.baik dari alam bawah sadar (id,ego dan super ego) sesuatu yang timbul dalam dirinya,mimpi dan masa lalu.misalnya

•    Aliran Behaviorisme
Behaviorisme disebut psikologi S-R (Stimulus dan Respon) yang pertama dipertama di perkenalkan oleh John B.Watson (1879-1958). Di aliran ini manusia dilakukan seperti mesin yang sudar diatur dengan sekreatif mungkin dan lebih baik. Jadi manusia biasa memberikan respon positif
    Kepribadian sehat menurut behavioristik :
 1. Memberikan respon terhadap faktor dari luar seperti orang lain dan lingkungannya
2. Bersifat sistematis dan bertindak dengan dipengaruhi oleh pengalaman
3. Sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, karena manusia tidak memiliki sikap dengan bawaan sendiri
4.Menekankan pada tingkah laku yang dapat diamati dan menggunakan metode yang obyektif

•    Aliran Humanistik
Aliran ini berkembang tahun 1950.Humanistik tidak puas dengen berhabvior maupun aliran psikoanalisis,Humanistik adalah makhluk kreatif,seperti memiliki pandangn positif kepada manusia dan melihat kemampuan berkembang pada diri individu itu sendiri
Tulisan 3
A.    Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan Personal
Penyesuaian diri atau disebut dengan Adjustment atau personal Udjusment.
Prof.Gessel mengatakan,bahwa pertumbuhan pribadi manusia adalah proses yang terus-menerus.Semua pertumbuhan terjadi berdasarkan pertumbuhan yang terjadi sebelumnya.
    Aspek-aspek penyesuaian diri
    Penyesuaian Pribadi
    Penyesuaian Sosial
    Peembentukan penyesuaian diri
a.    Lingkungan keluarga
b.    Lingkungan teman sebaya
    Pertumbuhan Personal
Carl Roger (1961) menyebutkan 3 aspek yang memfasilitasi pertumbuhan personal dalam suatu hubungan :
1.      Keikhlasan kemampuan untuk menyadari perasaan sendiri, atau menyadari kenyataan.
2.      Menghormati keterpisahan dari orang lain tanpa kecuali, dan 
3.      Keinginan yang terus menerus untuk memahami atau berempati terhadap orang lain.

•    Faktor-faktor mempengaruhi pertumbuhan sosial :
o    Faktor Biologis
Karakteristik anggota tubuh yang berbeda setiap orang, kepribadian, atau warisan biologis yang sangat kental
o    Faktor Geografis
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorangdan nantinya akan menentukan baik atau tidaknya pertumbuhan personal seseorang
o    Faktor Buadaya
Kebudayaan juga berpengaruh penting dalam kepribadian seseorang, tetapi bukan berarti setiap orang dengan kebudayaan yang sama memiliki kepribadian yang sama juga.

Tulisan 4
A.    Stres
Stres adalah ketegangan fisik,psikis,dan emosi maupun mental,stres dapat mempengaruhi kegiatan keseharian.Menurut Lazarus & Folkman (1986)stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntas fisik membahayakan yang terkendali melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya atau juga disebut tertekan batin secara fisik maupun psokologis.
•    Efek-efek stres
Berdasarkan riset berkelanjutan, secara fisiologis stress bisa mengakibatkan perubahan pada fisik atau organ pada manusia. Akibat ini bisa berupa  perubahan dalam sistem metabolisme manusia, meningkatkan detak jantung, membuat nafas lebih berat, menaikkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala tanpa sebab, serta memicu serangan jantung.
•    General Adaptation Syndrom-Hans Selya
Menurut Hans Selye, ahli endokrinologi terkenal di awal 1930, tidak semua jenis stres yang merugikan, dengan demikian, ia datang dengan eustress dan kesusahan
Efek fisiologis dari stres pada tubuh meliputi :
-Nyeri di dada,Insomnia (susah tidur),Nyeri kepala Konstan,Hipertensi,Tukak
Hal buruk dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, sehingga menyebabkan tubuh kita menjadi kurang tahan terhadap sejumlah masalah kesehatan.yang sering kita melakukan hal yang tidak baik seperti merorokok terus-menerus,narkoba,minuman keras dll.
•    Faktor Individual & Sosial-Penyebab stres
1.    Faktor Lingkungan
2.    Faktor Organisasi
3.    Faktor Pribadi
4.    Faktor Sosial
5.    Faktor Individual
•    Tipe-tipe stres psikologi
1)    Tekanan
Menurut Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, tekanan adalah suatu sifat atau atributif dari suatu objek lingkungan atau orang yang memudahkan atau menghalangi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan tertentu
2)    Fustasi
Menurut Siswanto, frustasi terjadi bila antara harapan yang diinginkan dan kenyataan yang terjadi tidak sesuai.Menurut Atkinson, dkk, frustasi terjadi bila gerak arah tujuan yang diinginkan terhambat atau tertunda
3)    Konflik
Sumber utama frustasi adalah konflik antara dua motif bertentangan (dalam, Pengantar Psikologi, Atkinson dkk.,1983) yang terkadang individu melakukan sesuatu yang tidak di inginkan ataupun tidak disukai sehingga menimbulkan konflik internal (dirinya sendiri) maupun eksternal (lingkungan sekitarnya seperti keluarga,teman,sahabat)
4)    Kecemasan
Yang dimaksud dengan kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan istilah-istilah seperti “Kekhawatiran”, “Keprihatinan”, dan “Rasa Takut” yang kadang-kadang kita alami pada tingkatan yang berbeda-beda (dalam,Pengantar Psikologi, Atkinson dkk.,1983).
•    Sympton-Reducing Respon terhadap Stres
a)    Identifikasi
b)    Kompensasi
c)    Overcompensation/ reaction formation
d)    Sublimasi
e)    Proyeksi
f)    Introyeksi
g)    Reaksi Konfersi
h)    Represi
i)    Supresi
j)    Denial
k)    Regrasi
l)    Fantasi
m)    Negatifisme
n)    Sikap mengkritik orang lain
•    Pendekatan Problem salving terhadap stres
Kita mengatasi rasa stress itu dengan cara kita mencari penyebab stress itu sendiri (stressor) setelah kita tau penyebabnya kita harusbisa memilih mana jalan keluar terbaik untuk masalah kita,kalo perlu meminta bantuan orang lain
Tulisan 5
A.    Defenisi Hubungan Interpersonal
a.    Model pertukaran Sosial (Social exchange model)
Model ini mendorong individu memikirkan setiap keuntungan dan keragian. Keuntungan dan kerugian ini dinilai berdasarkan tingkat perbandingan sebagai pengalaman masa lalu atau alternatif hubungan lain yang terbuka baginya.
b.    Model peranan  (role model)
Hubungan interpersonal adalah panggung sandiwara yang setiap orang harus memainkan peranannya sesuai "naskah" yang dibuat masyarakat
B.    Teori Mengenai Hubungan Interpersonal
Beberapa teori yang menjelaskan mengenai hubungan interpersonal :
•    Model pertukaran Sosial (social axchange model)
•    Model peranan (role model)
•    Model permainan (games people play model)
•    Model interaksional (interacsional model)
C.    Pembentukan kesan dan ketertarikan interpersonal dalam memulai hubungan
Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Fase pertama: “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya
Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapa dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu:
a) informasi demografis
     b) sikap danpendapat (tentang orang atau objek)
     c) rencana yang akan dating
     d) kepribadian
 e) perilaku pada masa lalu
 f) orang lain
     g) hobi dan minat
Meskipun apa yang disebut gagah, cantik atau pandai bergaul belum disepakati, namun sebagian relatif menerima orang sebagai pandai cantik atau gagah. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa daya tarik seseorang baik fisik maupun karakter sering menjadi penyebab
D.    Hubungan peran
1)    Model Peran
Menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara.
2)    Konflik
Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentengan kepentingan atau keinginan.
3)    Adequacy Peran dan Autentisitas Dalam Hubungan peran
Peran didasarkan pada preskripsi (ketentuan) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut.
4)    Intimasi dan Hubungan pribadi
Sebagai konsekuensi adanya daya tarik menyebabkan interaksi sosial antar individu menjadi spesifik atau terjalin hubungan intim. Lebih jauh mengenai bentuk-bentuk hubungan intim tersebut daoat dijelaskan pada bagian berikut :
*Persaudaraan        *Persahabatan        *Percintaan
E.    Intimasi dan pertumbuhan
Keinginan setiap pasangan adalah menjadi intim. Kita ingin diterima, dihargai, dihormati, dianggap berharga oleh pasangan kita. Kita menginginkan hubungan kita menjadi tempat ternyaman bagi kita ketika kita berbeban Namun, respon alami kita adalah penolakan untuk bisa terbuka terhadap pasangan kita. Hal ini dapat disebabkan karena :
(1) kita tidak mengenal dan tidak menerima siapa diri kita secara utuh.
(2) kita tidak menyadari bahwa hubungan pacaran adalah persiapan memasuki pernikahan.
(3) kita tidak percaya pasangan kita sebagai orang yang dapat dipercaya untuk memegang rahasia.
(4) kita dibentuk menjadi orang yang berkepribadian tertutup.
(5) kita memulai pacaran bukan dengan cinta yang tulus .


Tulisan 6
A.    Cinta dan Perkawinan
Cinta dan perkawinan adalah ikatan batin terhadapat wanita dan pria. Duvall dan Miller (1986) mendefinisikan perkawinan sebagai hubungan antara pria dan wanita yang diakui dalam masyarakat yang melibatkan hubungan seksual, adanya penguasaan dan hak mengasuh anak, dan saling mengetahui tugas masing-masing sebagai suami dan istri.
a.    Memilih pasangan
Dalam memilih pasangan tidak harus melihat kecantikan luarnya saja tetapi lebih baiknyaa melihat kecantikan dalam dirinya.
dalam berbagai suku mungki banyak permintaan yang diingankan,termasuk pada suku saya sendiri,yaitu suku Batak,pada suku batak orang tua mengharapkan anaknya mendapatkan pasangan hidup satu suku dan satu agama,yang terkadang seorang orang tua mengarapkan anaknya marboru tulang(adat batak),dan yang paling terakhir mandiri dan bisa memasak,
menurut saya itu tidak jauh dari suku yang lain. Memilih pasangan sama seperti memilih baju atau celana yang pas di pakai dan sangat disukai.
b.    Hubungan Dalam perkawinan
Dalam perkawinan haruslah harmonis dan harus saling mengerti,biasanya seorang pria haruslah bertanggung jawab dengan keluarga sendiri,yang biasa disebut tulang punggung keluarga,dan isttri biasanya sebagai ibu rumah tangga yang membersarkan anak dan melayani suami namun tetap berpendidikan.
•    `Ada beberapa fase yang utama pada pernikahan
Fase bulan madu, Pada fase inilah pasangan merasakan jatuh cinta yang mendalam, sehingga sikap mereka pun cenderung lebih toleran, fleksibel, terhadap pasangannya. Pasangan menjadi prioritasnya. Sehingga anggapan bahwa cinta mengalahkan segalanya, berlaku pada fase ini. Kalau pun muncul konflik, pasangan menikah di tahapan bulan madu ini akan fokus menjadi solusi.
Fase Penyesuaian, Pasangan menikah tak lagi melihat dirinya masing-masing sebagai partner. Konflik dalam hubungan umumnya terjadi seputar masalah seks, intimasi, uang, rasa aman, dan masalah anak.Psikolog Azin Nasseri mengatakan, “Tingginya angka perceraian lebih banyak berkaitan dengan cara pasangan menghadapi konflik. Kurangnya kemampuan dan pengetahuan mengenai cara membangun hubungan yang sehat. Termasuk cara memahami dinamika cinta yang alami terjadi.”
Fase Kekosongan. Fase ini menandai hari jadi pernikahan ke-20. Pasangan menikah secara perlahan melepas tanggung jawabnya mengasuh anak. Anak-anak mulai beranjak dewasa, bahkan mulai bisa hidup mandiri. Pada periode ini, pasangan menikah mulai memikirkan apa yang ingin dilakukan bersama menikmati kehidupan berikutnya.

1)    Penyesuaian dan pertumbuhan dalam perkawinan
Hirning dan Hirning (1956) mengatakan bahwa penyesuaian perkawinan itu lebih kompleks dibandingkan yang terlihat. Dua orang memasuki perkawinan harus menyesuaikan satu sama lain dengan tingkatan yang berbeda-beda. Untuk tingkat organismik mereka harus menyesuaikan diri dengan sensori, motor, emosional dan kapasitas intelektual dan kebutuhan
2)    Percarian dan pernikahan kembali
Perceraian adalah pasangan rumah tangga yang tidak mampu mempertahankan rumah tangganya yang terkadang diakibatkan karena karir ataupun keegoisan yang di sah kan oleh pemerintahan pengadilan agama. Terkadang kita sebagai manusia tidak mempunya kepuasaan seperti harta,pasangan dll.tapi dengan hal sperti ini suatu saat kita sadar dengan apa yang tidak baik pada diri sendiri dan slalu berpikir positif dengan berpikir masa depan terhadap pasangan dengan melakukan pernikahan kembali.
3)    Alternatif selain pernikahan
Paradigma terhadap lajang cenderung memojokkan. pertanyaannya kapan menikah?? Ganteng-ganteng kok ga menikah? Apakah Melajang Sebuah Pilihan??. Ada bnyak alasan untuk melajang,perkembngan zaman,gaya hudip,ketidak cocokan dan perceraian yang marak. Alasan yang paling sering dikemukakan oleh seorang single adalah tidak ingin kebebasannya dikekang
Seringkali, pelajang juga menjadi sasaran keluarga untuk dicarikan jodoh, terutama bila saudara sepupu yang seumuran telah menikah atau adik sudah mempunyai pacar. Sementara orangtua menginginkan agar adik tidak melangkahi kakak, agar kakak tidak berat jodoh
Arus modernisasi dan gender membuat para perempuan Indonesia dapat menempati posisi yang setara bahkan melebihi pria. Bahkan sekarang banyak perempuan yang mempunyai penghasilan lebih besar dari pria. Ditambah dengan konsep pilihan melajang, terutama kota-kota besar, mendorong perempuan Indonesia untuk hidup sendiri.


Tulisan 7
A.    Pekerjaan Dalam Waktu Luang
a.    Mengubah Sikap Terhadap Pekerjaan
Sejumlah ahli telah mencoba memberikan definisi sikap, dan sangat beragam definisi yang mereka kemukakan. Tetapi sekurang-kurangnya ada dua definisi yang masih cukup dominan sampai saat ini, yaitu definisi yang di kemukakan oleh Gordon W. ALLPORT (1935) dan definisi dari David Krech beserta Richard S. Crutchfield (1948). ALLPORT melihat sikap sebagai:
“… a mental and nueral state of readinnes, organized through experience, exerting a directive or dynamic influence upon the individual’s respone to all objects and situations with which it is related”,
Dari batasan yang ia kemukakan terlihat bahwa Allport menekankan akan pentingnya pengalaman masa lalu dalam membentuk sikap. Sedangkan definisi dari Krech dan Cruitchfield lebih menekankan pada pengalaman subyektif seseorang pada masa sekarang. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada definisi mereka yang melihat sikap sebagai:
“.. an enduring organization of montivational, emotional, perceptual and cognitive processes with respect to some aspects of individual’s world”

1.    Defenisi Nilai pekerjaan
Pandangan yang menyatakan bahwa kebanyakan orang tidak menyukai pekerjaan, sudah banyak mengalami modifikasi pada zaman modern sekarang. Di akui bahwa banyak Dorongan, misalnya buruh profesional, para ahli, seniman-seniman dan juru-juru yang mempunyai keahlian tinggi – bersungguh-sungguh mencitai pekerjaannya. Sedang insentif dan satu-satunya motivasi kerjanya mungkin berupa “kesejahteraan umum” atau rasa puas-bangga, atau aktivitas keja itu sendiri
2.    Yang dicari dalam pekerjaan
• Menafkahi keluarga
• Mencari pengalaman
• Mengasah keahlian dan ketrampilan
• Mencari status untuk mengikat seseorang pada individu lain serta masyarakat
• Mencari kesenangan dan arti tersendiri bagi kehidupan seorang individu
3.    Fungsi psikologis dari pekerjaan
Dengan kosep kerja seperti ini, kita kemudian berpikir tentang dua hal mendasar bagaimana memilih suatu pekerjaan. Pertama, pekerjaan dipilih berdasarkan minat dan bakat yang kita miliki. Meskipun terdengar sederhana, namun faktanya menemukan minat dan bakat adalah suatu proses yang sulit karena kita lahir tanpa membawa rincian tentang ketertarikan dan kemampuan bawaan
B.    Proses Dalam Memilih Pekerjaan
Proses perkembangan dalam pemilihan pekerjaan bagi individu dijelaskan oleh Donald Super. Perkembangan pemilihan karier pekerjaan dibagi menjadi lima tahap, yaitu :
•    Cristalization
•    Spesification
•    Implementation
•    Stabilization
•    Consolidation
C.    Fase-fase dan identitas pekerjaan
Fase remaja sangat penting untuk dilalui oleh anak-anak karena akan memengaruhi masa depan mereka. Terutama dalam hal bagaimana anak-anak mendeskripsikan siapa diri mereka serta bagaimana mereka bersikap terhadap lingkungan mereka di masa depan. Jika anak-anak gagal menjalani fase remaja dengan baik, maka tugas-tugas perkembangan mereka di fase usia selanjutnya akan rentan terganggu.
Proses mencari identitas diri juga bukanlah suatu hal yang mudah. “Anak-anak harus mengeksplorasi diri mereka di dalam lingkungan serta menghadapi tantangan lingkungan, sementara di waktu yang bersamaan mereka juga mengalami perubahan-perubahan di aspek fisik, kognitif, dan psikologis, yang membuat mereka harus beradaptasi,” lanjut Pustika. Proses yang tidak mudah inilah yang membuat anak-anak kerap terkesan “labil”.
D.    Memilih pekerjaan yang cocok
Dalam memilih pekerjaan yang cocok dibutuhkan tes psikotes agar calon pekerja tidak salah dalam mengambil pekerjaan. Oleh sebab itu dari proses seleksi perusahaan mengadakan tes psikotes untuk melihat potensi psikologis dan kepribadian sang calon karyawan tersebut.
•    Hubungan karakteristik pribadi dan pekerjaan dalam memilih pekerjaan yang cocok
o    Karakteristik pribadi
o    Karakteristik Pekerjaan

E.    Waktu Luang
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Tolrkildsen Gorge (1992) dalam bukunya Leisure and Recreation Management, waktu luang dimulai sejak revolusi industri yang terjadi di abad ke 20, hingga kini telah tercatat  beragam defenisi mengenai waktu luang, antara lain:
1.      Waktu luang sebagai waktu
2.      Waktu luang sebagai aktivitas
3.      Waktu luang sebagai suatu suasana hati atau sikap mentalyang positif
4.      Waktu luang sebagai sesuatu yang memiliki arti yang luas
5.      Waktu luang sebagai suatu cara untuk hidup


Kamis, 06 Juni 2013

Pekerjaan dalam Waktu luang

Tulisan 7
        “PEKERJAAN DALAM WAKTU LUANG”
i.    Mengubah Sikap Terhadap Pekerjaan
Sikap (attitude) merupakan salah satu bahasan yang menarik dalam kajian psikologi, karena sikap sering di gunakan untuk meramalkan tingkah laku, baik tingkah laku perorangan; kelompok; bahkan tingkah laku suatu bangsa. Salah satu hal yang menarik dari perilaku manusia yang membuatnya menjadi kompleks adalah sifat deferensial. Seseorang dapat berespon tertentu dalam menghadapi stimulus atau objek pada suatu saat, tetapi dapat pula berespon yang lain pada saat yang berbeda.

Sejumlah ahli telah mencoba memberikan definisi sikap, dan sangat beragam definisi yang mereka kemukakan. Tetapi sekurang-kurangnya ada dua definisi yang masih cukup dominan sampai saat ini, yaitu definisi yang di kemukakan oleh Gordon W. ALLPORT (1935) dan definisi dari David Krech beserta Richard S. Crutchfield (1948). ALLPORT melihat sikap sebagai:
“… a mental and nueral state of readinnes, organized through experience, exerting a directive or dynamic influence upon the individual’s respone to all objects and situations with which it is related”,
Dari batasan yang ia kemukakan terlihat bahwa Allport menekankan akan pentingnya pengalaman masa lalu dalam membentuk sikap. Sedangkan definisi dari Krech dan Cruitchfield lebih menekankan pada pengalaman subyektif seseorang pada masa sekarang. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada definisi mereka yang melihat sikap sebagai:
“.. an enduring organization of montivational, emotional, perceptual and cognitive processes with respect to some aspects of individual’s world”.

A.    Definisi nilai pekerjaan
Pandangan konservatif menyatakan bahwa kerja jasmaniah itu adalah bentuk hukaman yang di timpakan pada manusia sebagai akibat dari dosa-dosanya; sehingga orang yang berakal sehat harus bekerja giat untuk mempertahankan eksistensi diri sendiri dan keluarganya. Sehubungan dengan kondisi pekerjaan, di pikirkan untuk mengadakan perbaikab-perbaikan terhadap kondisi-kondisi kerja yang mendorong orang untuk menyukai pekerjaan.
Pandangan yang menyatakan bahwa kebanyakan orang tidak menyukai pekerjaan, sudah banyak mengalami modfikasi pada zaman modern sekarang. Di akui bahwa banyak orang, misalnya buruh profesional, para ahli, seniman-seniman dan juru-juru yang mempunyai keahlian tinggi – bersungguh-sungguh mencitai pekerjaannya. Sedang insentif dan satu-satunya motivasi kerjanya mungkin berupa “kesejahteraan umum” atau rasa puas-bangga, atau aktivitas keja itu sendiri.

B.    Yang di cari dalam pekerjaan
• Menafkahi keluarga
• Mencari pengalaman
• Mengasah keahlian dan ketrampilan
• Mencari status untuk mengikat seseorang pada individu lain serta masyarakat
• Mencari kesenangan dan arti tersendiri bagi kehidupan seorang individu

C.    Fungsi psikologis dari pekerjaan
Kerja mulai dipahami sebagai tempat sosial dimana manusia menggunakan bakat-bakat yang dimiliki untuk melayani sesama, tidak lagi semata-mata dalam rangka memenuhi kebutuhan finansial keluarga. Manusia mulai sadar memiliki kebutuhan yang tidak bisa dipenuhi secara mandiri sehingga dirasakan perlunya komunitas yang didalamnya orang-orang saling bergantung. Setiap orang harus mempergunakan bakat yang dimilkinya untuk melayani orang lain, demikian pula sebaliknya. Sehingga, secara bersama-sama setiap orang membangun masyarakat sebagai suatu sistem yang saling mendukung.
Dengan kosep kerja seperti ini, kita kemudian berpikir tentang dua hal mendasar bagaimana memilih suatu pekerjaan. Pertama, pekerjaan dipilih berdasarkan minat dan bakat yang kita miliki. Meskipun terdengar sederhana, namun faktanya menemukan minat dan bakat adalah suatu proses yang sulit karena kita lahir tanpa membawa rincian tentang ketertarikan dan kemampuan bawaan.

ii.    Proses Dalam Memilih Pekerjaan
Proses perkembangan dalam pemilihan pekerjaan bagi individu dijelaskan oleh Donald Super. Perkembangan pemilihan karier pekerjaan dibagi menjadi lima tahap, yaitu :
a.     Cristalization
Individu berusaha mencari berbagai bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan formal dan nonformal untuk persiapan masa depan hidupnya.
b.    Spesification
Individu akan meneruskan pendidikannya pada jenjang khusus yang sesuai dengan minat-bakatnya. Masa spesifikasi ini lebih mengarah pada jalur pendidikan yang menjurus pada taraf professional atau keahlian.
c.    Implementation
Individu mulai menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh pada masa sebelumnya, secara nyata dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan bidang keahlian atau profesi nya. Misalnya setelah ia lulus dalam pendidikan psikologi nya ia berprofesi sebagai seorang psikolog.
d.    Stabilization
Individu menekuni bidang profesinya sampai benar-benar ahli di bidangnya sehingga individu dapat mencapai prestasi puncak. Taraf ini ditandai dengan prestasi individu menduduki posisi penting, misalnya direktur perusahaan,dsb.
e.    Consolidation
Setelah mencapai puncak karier, individu mulai memikirkan kembali sesuatu yang telah dilakukan selama ini baik yang berhasil maupun yang gagal.
•    Fase-fase  dan identitas pekerjaan
Fase-fase dalam pekejaan adalah Orang denderung mengidentifikasi dengan apa yang mereka lakukan. Bagaimana seiring kalian mendengar seseorang memperkenalakan dirinya dengan berkata “saya bekerja untuk IBM” atau “ saya seorang suster”. Studs Tarket (1972) menemukan bahwa pekerjaan mereka membosankan,pekerjaan mekanis yang sering membuat mereka merasa menjadi “mekanik”, atau “robot”. Dilain pihak, mereka tertarik pada tantangan dan pemenuhan pekerjaan pada seni atau profesi yang menunjukan tujuan hidup mereka, biasanya sebagai hasil dari pekerjaan yang mereka lakukan.
Fase remaja sangat penting untuk dilalui oleh anak-anak karena akan memengaruhi masa depan mereka. Terutama dalam hal bagaimana anak-anak mendeskripsikan siapa diri mereka serta bagaimana mereka bersikap terhadap lingkungan mereka di masa depan. Jika anak-anak gagal menjalani fase remaja dengan baik, maka tugas-tugas perkembangan mereka di fase usia selanjutnya akan rentan terganggu.
Apalagi tugas perkembangan yang utama dilakukan dalam fase remaja adalah untuk mencari identitas diri. Identitas diri mencakup bagaimana seorang anak melihat diri mereka, bagaimana mereka menilai kelebihan dan kekurangannya, bagaimana mereka menentukan bayangan sosok ideal yang mereka ingin perankan, serta bagaimana mereka menentukan bayangan masa depan yang mereka inginkan. Ketika anak-anak pada usia ini gagal mengetahui siapa identitas mereka, maka mereka akan mengalami kebingungan yang akan rentan berdampak pada tugas-tugas perkembangan mereka selanjutnya.
Proses mencari identitas diri juga bukanlah suatu hal yang mudah. “Anak-anak harus mengeksplorasi diri mereka di dalam lingkungan serta menghadapi tantangan lingkungan, sementara di waktu yang bersamaan mereka juga mengalami perubahan-perubahan di aspek fisik, kognitif, dan psikologis, yang membuat mereka harus beradaptasi,” lanjut Pustika. Proses yang tidak mudah inilah yang membuat anak-anak kerap terkesan “labil”.

iii.    Memilih Pekerjaan Yang Cocok
Dalam memilih pekerjaan yang cocok dibutuhkan tes psikotes agar calon pekerja tidak salah dalam mengambil pekerjaan. Tes psikotes disini juga akan menguntungkan kedua belah pihak, seleksi yang kurang tepat akan menyebabkan kerugian besar baik karyawan maupun perusahaan yang bersangkutan.Dari sisi pegawai, jika kita terseleksi dalam pekerjaan yang kurang cocok dengan potensi psikologis yang kita miliki, akan timbul ketidaknyamanan dalam bekerja, kurang termotivasi, bahkan dapat enimbulkan stress kerja, yang pada akhirnya membuat kita keluar dari pekerjaan tersebut. Oleh sebab itu kita membutuhkan psikotes untuk melihat sejauh mana potensi psikologis kita agar tidak salah memilih pekerjaan.Sedangkan dari sisi perusahaan, menemukan orang yang tepat merupakan upaya yang sangat sulit yang selalu dihadapi. Dari sisi perusahaan, biaya seleksi dan pelatihan yang dibutuhkan akan sangat mahal, tidak efisien, menurunkan motivasi, serta masih ditambah biaya untuk seleksi dan pelatihan orang yang akan menggantikan karyawan tersebut. Oleh sebab itu dari proses seleksi perusahaan mengadakan tes psikotes untuk melihat potensi psikologis dan kepribadian sang calon karyawan tersebut.
•    Hubungan karakteristik pribadi dan pekerjaan dalam memilih pekerjaan yang cocok
3.1 Karakteristik pribadi
Sebuah awal yang bagus adalah memilih ketertarikan apa yang kamu punya pada diri sendiri dan kemampuan. Kalian adalah sebuah gabungan unik dari sifat pribadi,ketertarikan,keahlian dan harga. Semakin baik yang kalian dapat ketahui mengenai diri kalian sendiri maka lebih bijaksana dalam mengambil keputusan.
Apa yang paling membuat anda tertarik. data atau sesuatu? pelajaran apa yang paling anda sukai di sekolah? Kegiatan Ekstrakurikuler apa yang anda sukai? Bagaimana dengan kerja paruh waktu? Coba temukan mengenai apa pekerjaan tersebut yang membuat mereka tertarik kepada anda. Apakah itu kegiatanya sendiri? Atau orang-orang didalamnya?
Bagaimana dengan kemampuan anda? Apa pekerjaan terbaik yang anda bisa lakukan?yang paling anda kuasai? tidak peduli berapa banyak kemampuan yang anda miliki. Penting untuk menyadari bahwa masing-masing dari kita berkualitas untuk banyak kedudukan yang berbeda.tidak hanya satu. Seperti olahraga athletic termasuk terbatas untuk sejumlah orang yang memiliki otot dan keahlian. Jadi kebanyakan pekerjaan memerlukan hanya beberapa keahlian spesifik atau karakteristik. Rahasianya terletak pada menemukan jenis pekerjaan yang memerlukan kekuatan tertentu yang anda miliki.
Untuk memperluas kedua ketertarikan dan bakat kalian akan berubah dengan pengalaman dan waktu. Penelitian sudah menunjukkan kategori ketertarikan yang luas, seperti pada bidang obat-obatan. teknik atau bisnis, tetap stabil dari para remaja.(Campbell,1971). Jika kalian menyukai sesuatu pada saat anda belasan dan awal 20, kesempatan yang sama akan kalian sukai pada tahun-tahun selanjutnya.
Mungkin kalian pernah mendengar seseorang mengambil sebuah tes psikologi untuk membantu pemilihan karir. Sebenarnya, kebanyakan dari persediaan ketertarikan anda daripada sebuah test biasa. Saat ini, satu dari kebanyakan menggunakan instrument tes adalah Strong-Campbell Interest Inventory (SCII) yang mana menggabungkan banyak item dari versi awalnya Strong Inventory for males and females dengan menghilangkan item yang berdasarkan jenis kelamin. hasilnya, yang mana biasanya dibagi secara terbuka dengan individu, menunjukan bagaimana ketertarikan seorang individu dibandingkan dengan orang-orang lain yang memiliki kedudukan yang berbeda.
Apakah tes ketertarikan tersebut membantu anda membuat keputusan yang tepat pada pemilihan kerja? Semua tergantung dari bagaimana kita menggunakanya. Jika kalian mengandalkan hasil tersebut sebagai sebuah pengganti untuk membuat keputusan pribadi, maka jawabanya akan negative. Tapi jika kalian menggunakan hasil tersebut sebagai sebuah sumber untuk mengklarifikasi ketertarikan kalian dalam rangka untuk membuat sebuah keputusan,maka jawabanya pasti positif. Seperti halnya instrument yang menunjukan reliabilitas yang besar dalam memprediksi apa seorang individu akan bersikeras atau keluar dari bidang pekerjaan tersebut. Mereka tidak bisa memprediksi kesuksesan pada bidang yang diberikan karena kebanyak faktor subjektif terlibat didalamnya. Tapi sudah itemukan bahwa apa yang membuat berhasil biasanya mendemonstrasikan lebih tinggi daripada rata-rata skor ketertarikan, sementara siapa yang akan keluar nanti biasanya lebih rendah daripada rata-rata skor (Shertzer,1981)

3.2 karakteristik pekerjaan
Sekali anda memulai menjelajahi ketertarikan anda sendiri,kemampuan,dan nilai, kalian siap untuk mencari pekerjaan yang cocok dengan karakteristik pribadi anda. Dengan lebih dari 20.000 pekerjaan yang berbeda untuk dipilih,ini bukanlah tugas mudah. Untungnyam ada sumber buku untuk membati pencarian tersebut. Seperti yang banyak digunakan Dictionary of Occupational (DOT) dan Occupational Outlook Hand-book. Kedua buku direvisi secara teratur oleh pemerintah percetakan. Sebagai tambahan, berbagai macam pekerjaan sudah teratur pada dasar keluarga ataukelompok dari pekerjaan yang terkait. Masing-masing kelompok menunjukan tokoh 9-1 berisi ratusan pekerjaan yang terdekat. Contohnya, bidang kesehatan termasuk sejumlah besar pekerja kesehatan-dokter,perawat,apoteker, dokter gigi,kebersihan gigi,hanya untuk beberapa nama. Ini sering membantu memilih 2 dari 3 pekerjaan kelompok yang kalian paling tertarikm dan mulai menelusuri beberapa pekerjaan spesifik pada kelompoknya.
Sebuah perangkat yang membantu untuk menemukan pekerjaan yang paling cocok untuk kamu adalah John Holland’s Self Directied Search For Vocational Planning. Yang mana dapat dikelola sendiri. Ini berdasarkan dari kenyataan bahwa manusia di bidang pekerjaan yang samasering memiliki sifat yang mirip,ketertarikan dan kebiasaan dalam melakukan sesuatu. Holland (1973) menggambarkan 6 dari jenis kepribadian bersama dengan lingkungan kerja mereka yang baik. Setelah mencocokan sejumlah kegiatan,ketertarikan dan perkiraan kemampuan anda sendiri, kalian menjumblahkan item untuk menemukan 3 jenis kepribadian yang paling menyerupai.kemudian pada pekerjaan yang terpisah penemu buklet, kalian mencocokan berbagai jenis kepribadian digabungkan dengan beberapa pekerjaan yang cocok. O’connel dan Sedlacek (1972) sudah menemukan Self-Directed search lebih handal dan sedikit membantu untuk perencanaan ketertarikan jurusan.

iv.    Waktu Luang
Waktu luang yang tersedia untuk remaja dan orang dewasa di Jerman sekarang lebih banyak daripada yang tersedia sepuluh tahun lalu – rata-rata enam setengah jam per hari. Orang Jerman paling suka menghabiskan waktu itu dengan berolahraga atau dengan mengikuti acara budaya. Waktu yang dihabiskan penduduk Jerman di depan pesawat televisi atau dengan mendengar radio lebih sedikit dibandingkan dengan kebanyakan negara OECD lainnya. Tidak hanya pada orang jerman, banyak orang indonesia juga meluangkan waktunya dengan bersantai, membaca buku, hiburan dan dengan cara yang positif agar lebih fresh pikirannya dan lebih baik lagi setelah menggunakan waktu luang yang sebaik-baiknya.
1.      Sukadji (2000) melihat arti istilah waktu luang dari 3 dimensi. Dilihat dari dimensi waktu, waktu luang dilihat sebagai waktu yang tidak digunakan untuk “bekerja”; mencari nafkah, melaksanakan kewajiban, dan mempertahankan hidup. Dari segi cara pengisian, waktu luang adalah waktu yang dapat diisi dengan kegiatan pilihan sendiri atau waktu yang digunakan dan dimanfaatkan sesuka hati. Dari sisi fungsi, waktu luang adalah waktu yang dimanfaatkan sebagai sarana mengembangkan potensi, meningkatkan mutu pribadi, kegiatan terapeutik bagi yang mengalami gangguan emosi, sebagai selingan dan hiburan, sarana rekreasi, sebagai kompensasi pekerjaan yang kurang menyenangkan, atau sebagai kegiatan menghindari sesuatu.
2.      Menurut Chris Bull dalam bukunya yang berjudul an introduction to leisure studies menjelaskan pengertian waktu luang adalah jika seseorang sedang tidak bekerja, maka ia memiliki waktu luang. Dengan kata lain: waktu luang=tidak bekerja.
3.      Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Tolrkildsen Gorge (1992) dalam bukunya Leisure and Recreation Management, waktu luang dimulai sejak revolusi industri yang terjadi di abad ke 20, hingga kini telah tercatat  beragam defenisi mengenai waktu luang, antara lain:
1.      Waktu luang sebagai waktu
2.      Waktu luang sebagai aktivitas
3.      Waktu luang sebagai suatu suasana hati atau sikap mentalyang positif
4.      Waktu luang sebagai sesuatu yang memiliki arti yang luas
5.      Waktu luang sebagai suatu cara untuk hidup



Sumber :
1)    http://pendidikanjasmani13.blogspot.com/2013/02/pengertian-rekreasi-dan-waktu-luang.html
2)    http://anyoo.blogspot.com/2011/05/nilai-pekerjaan.html
3)    http://www.tatsachen-ueber-deutschland.de/id/masyarakat/inhaltsseiten/kompakt/pekerjaan-dan-waktu-luang.html?type=1
4)    http://kurniawan008.wordpress.com/2012/04/26/mengubah-sikap-terhadap-pekerjaan/
5)    http://arie5758.blogspot.com/2011/10/pengaruh-kepribadian-terhadap-bidang.html#axzz2UmCvIMMi

Cinta dan Perkawinan

Tulisan 6
I.    Cinta dan Perkawinan
Perkawinan adalah ikatan lahir batin seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk sebuah keluarga. Duvall dan Miller (1986) mendefinisikan perkawinan sebagai hubungan antara pria dan wanita yang diakui dalam masyarakat yang melibatkan hubungan seksual, adanya penguasaan dan hak mengasuh anak, dan saling mengetahui tugas masing-masing sebagai suami dan istri.
A.    Memilih Pasangan
Dalam suatu hubungan harus kita harus pinter untuk memilih pasangan,pasangan yang bisa menerima kita apa adanya dan bisa menutupi kekurangan yang ada dalam diri kita sehingga kita bisa melengkapi satu sama lain.Dalam memilih pasangan tidak harus melihat kecantikan luarnya saja tetapi lebih baiknyaa melihat kecantikan dalam dirinya.
dalam berbagai suku mungki banyak permintaan yang diingankan,termasuk pada suku saya sendiri,yaitu suku Batak,pada suku batak orang tua mengharapkan anaknya mendapatkan pasangan hidup satu suku dan satu agama,yang terkadang seorang orang tua mengarapkan anaknya marboru tulang(adat batak),dan yang paling terakhir mandiri dan bisa memasak,
menurut saya itu tidak jauh dari suku yang lain. Memilih pasangan sama seperti memilih baju atau celana yang pas di pakai dan sangat disukai.
B.    Hubungan Dalam Perkawinan
Hubungan dalam perkawinan haruslah harmonis, harus bisa menjaga perasaan masing-masing individu. Jika tidak harmonis pasti dalam pernikahan selalu terjadi pertengkaran. Ayah sebagai suami dari dan ibu sebagai istri. Ayah berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Sebagai istri, ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
•    Ada bebera Fase yang utama pada pernikahan
Fase bulan madu. Fase ini merupakan periode ideal dalam pernikahan. Pasangan cenderung memiliki perasaan positif. Hubungan pun selalu romantis. Pasangan selalu membicarakan berbagai hal yang belum pernah mereka bahas sebelumnya. Pasangan menikah saling memahami dan menghargai pandangan masing-masing. Pada fase inilah pasangan merasakan jatuh cinta yang mendalam, sehingga sikap mereka pun cenderung lebih toleran, fleksibel, terhadap pasangannya. Pasangan menjadi prioritasnya. Sehingga anggapan bahwa cinta mengalahkan segalanya, berlaku pada fase ini. Kalau pun muncul konflik, pasangan menikah di tahapan bulan madu ini akan fokus menjadi solusi. Fase ini berlangsung antara enam bulan hingga dua tahun.
        Fase penyesuaian. Fase ini paling menantang dalam hubungan pernikahan. Pasangan menikah tak lagi melihat dirinya masing-masing sebagai partner. Konflik dalam hubungan umumnya terjadi seputar masalah seks, intimasi, uang, rasa aman, dan masalah anak.Psikolog Azin Nasseri mengatakan, “Tingginya angka perceraian lebih banyak berkaitan dengan cara pasangan menghadapi konflik. Kurangnya kemampuan dan pengetahuan mengenai cara membangun hubungan yang sehat. Termasuk cara memahami dinamika cinta yang alami terjadi.”Kalau saja pasangan mampu dan berkomitmen mengatasi konflik yang membuat mereka merasa kesepian, juga memutuskan untuk mengatasi rasa takit, marah dan penolakan, mereka bisa melewati fase ini lebih baik. Pasangan pun akan memiliki komitmen baru dalam hubungan, dan memiliki apresiasi lebih tinggi juga cinta pada pasangannya.
       Fase kekosongan. Fase ini menandai hari jadi pernikahan ke-20. Pasangan menikah secara perlahan melepas tanggung jawabnya mengasuh anak. Anak-anak mulai beranjak dewasa, bahkan mulai bisa hidup mandiri. Pada periode ini, pasangan menikah mulai memikirkan apa yang ingin dilakukan bersama menikmati kehidupan berikutnya.
C.    Penyesuaian Dan Pertumbuhan Dalam Perkawinan
Seseorang yang sudah menikah harus bisa menyesuaikan diri dengan pasangannya. Harus bisa membagi waktu untuk pasangan dan diri sendiri, harus bisa saling memahami dan lebih berpikir dewasa lagi. Walaupun sudah menikah bukan berarti terikat sepenuhnya karena tiap orang memiliki kebutuhan dan kewajiban masing – masing. Fase kehidupan juga merupakan pertumbuhan dari sebuah pernikahan. Menyatukan dua pribadi yang berbeda untuk terciptanya sebuah penyatuan yang didasarkan atas nama cinta. Segala bentuk persoalan yang pada mulanya membutuhkan bantuan baik dari keluarga dan orang tua, sehingga seiring berjalannya waktu karena telah tumbuhnya kedewasaan yang lebih dan telah terbiasanya mereka hadapi, membuat keduanya  menjadi kuat dan mampu mengadaptasikan diri dalam kehidupan berkeluarga.
Hirning dan Hirning (1956) mengatakan bahwa penyesuaian perkawinan itu lebih kompleks dibandingkan yang terlihat. Dua orang memasuki perkawinan harus menyesuaikan satu sama lain dengan tingkatan yang berbeda-beda. Untuk tingkat organismik mereka harus menyesuaikan diri dengan sensori, motor, emosional dan kapasitas intelektual dan kebutuhan. Untuk tingkat kepribadian, masing-masing mereka harus menyesuaikan diri dengan kebiasaan, keterampilan, sikap, ketertarikan, nilai-nilai, sifat, konsep ego, dan kepercayaan. Pasangan juga harus menyesuaikan dengan lingkungan mereka, termasuk rumah tangga yang baru, anak-anak, sanak keluarga, teman, dan pekerjaan.
Lasswell dan Lasswell (1987) mengatakan bahwa konsep dari penyesuaian perkawinan adalah bahwa dua individu belajar untuk saling mengakomodasikan kebutuhan, keinginan, dan harapan.
Duvall dan Miller (1985) mengatakan bahwa penyesuaian perkawinan itu adalah proses membiasakan diri pada kondisi baru dan berbeda sebagai hubungan suami istri dengan harapan bahwa mereka akan menerima tanggung jawab dan memainkan peran sebagai suami istri. Penyesuaian perkawinan ini juga dianggap sebagai persoalan utama dalam hubungan sebagai suami istri.
D.    Perceraian dan Pernikahan  Kembali
Perceraian adalah berakhirnya suatu pernikahan. Saat kedua pasangan tak ingin melanjutkan kehidupan pernikahannya, mereka bisa meminta pemerintah untuk dipisahkan. Selama perceraian, pasangan tersebut harus memutuskan bagaimana membagi harta mereka yang diperoleh selama pernikahan (seperti rumah, mobil, perabotan atau kontrak), dan bagaimana mereka menerima biaya dan kewajiban merawat anak-anak mereka. Banyak negara yang memiliki hukum dan aturan tentang perceraian, dan pasangan itu dapat diminta maju ke pengadilan.
Sebagai manusia, kita memang mempunyai daya tarik yang tinggi terhadap hal-hal yang baru. Jadi, semua hal yang telah kita miliki dan nikmati untuk suatu periode tertentu akan kehilangan daya tariknya. Misalnya, Anda mencintai pria yang sekarang menjadi pasangan karena kegantengan, kelembutan dan tanggung jawabnya. Lama-kelamaan, semua itu berubah menjadi sesuatu yang biasa. Itu adalah kodrat manusia. Sesuatu yang baru cenderung mempunyai daya tarik yang lebih kuat dan kalau sudah terbiasa daya tarik itu akan mulai menghilang pula. Ada kalanya, hal-hal yang sama, yang terus-menerus kita lakukan akan membuat jenuh dalam pernikahan.

E.    Alternatif selain pernikahan

Paradigma terhadap lajang cenderung memojokkan. pertanyaannya kapan menikah?? Ganteng-ganteng kok ga menikah? Apakah Melajang Sebuah Pilihan??
Ada banyak alasan untuk tetap melajang. Perkembangan jaman, perubahan gaya hidup, kesibukan pekerjaan yang menyita waktu, belum bertemu dengan pujaan hati yang cocok, biaya hidup yang tinggi, perceraian yang kian marak, dan berbagai alasan lainnya membuat seorang memilih untuk tetap hidup melajang. Batasan usia untuk menikah kini semakin bergeser, apalagi tingkat pendidikan dan kesibukan meniti karir juga ikut berperan dalam memperpanjang batasan usia seorang untuk menikah. Keputusan untuk melajang bukan lagi terpaksa, tetapi merupakan sebuah pilihan. Itulah sebabnya, banyak pria dan perempuan yang memilih untuk tetap hidup melajang.
Persepsi masyarakat terhadap orang yang melajang, seiring dengan perkembangan jaman, juga berubah. Seringkali kita melihat seorang yang masih hidup melajang, mempunyai wajah dan penampilan di atas rata-rata dan supel. Baik pelajang pria maupun wanita, mereka pun pandai bergaul, memiliki posisi pekerjaan yang cukup menjanjikan, tingkat pendidikan yang baik.
Alasan yang paling sering dikemukakan oleh seorang single adalah tidak ingin kebebasannya dikekang. Apalagi jika mereka telah sekian lama menikmati kebebasan bagaikan burung yang terbang bebas di angkasa. Jika hendak pergi, tidak perlu meminta ijin dan menganggap pernikahan akan membelenggu kebebasan. Belum lagi jika mendapatkan pasangan yang sangat posesif dan cemburu.
Banyak perusahaan lebih memilih karyawan yang masih berstatus lajang untuk mengisi posisi tertentu. Pertimbangannya, para pelajang lebih dapat berkonsentrasi terhadap pekerjaan. Hal ini juga menjadi alasan seorang tetap hidup melajang.
Banyak pria menempatkan pernikahan pada prioritas kesekian, sedangkan karir lebih mendapat prioritas utama. Dengan hidup melayang, mereka bisa lebih konsentrasi dan fokus pada pekerjaan, sehingga promosi dan kenaikan jabatan lebih mudah diperoleh. Biasanya, pelajang lebih bersedia untuk bekerja lembur dan tugas ke luar kota dalam jangka waktu yang lama, dibandingkan karyawan yang telah menikah.
Kemapanan dan kondisi ekonomi pun menjadi alasan tetap melajang. Pria sering kali merasa kurang percaya diri jika belum memiliki kendaraan atau rumah pribadi. Sementara, perempuan lajang merasa senang jika sebelum menikah bisa hidup mandiri dan memiliki karir bagus. Mereka bangga memiliki sesuatu yang dihasilkan dari hasil keringat sendiri. Selain itu, ada kepuasaan tersendiri.
Banyak yang mengatakan seorang masih melajang karena terlalu banyak memilih atau ingin mendapat pasangan yang sempurna sehingga sulit mendapatkan jodoh. Pernikahan adalah untuk seumur hidup. Rasanya tidak mungkin menghabiskan masa hidup kita dengan seorang yang tidak kita cintai. Lebih baik terlambat menikah daripada menikah akhirnya berakhir dengan perceraian.
Lajang pun lebih mempunyai waktu untuk dirinya sendiri, berpenampilan lebih baik, dan dapat melakukan kegiatan hobi tanpa ada keberatan dari pasangan. Mereka bebas untuk melakukan acara berwisata ke tempat yang disukai dengan sesama pelajang.
Pelajang biasanya terlihat lebih muda dari usia sebenarnya jika dibandingkan dengan teman-teman yang berusia sama dengannya, tetapi telah menikah.
Ketika diundang ke pernikahan kerabat, pelajang biasanya menghindarinya. Kalaupun datang, mereka berusaha untuk berkumpul dengan para sepupu yang masih melajang dan sesama pelajang. Hal ini untuk menghindari pertanyaan singkat dan sederhana dari kerabat yang seusia dengan orangtua mereka. Kapan menikah? Kapan menyusul? Sudah ada calon? Pertanyaan tersebut, sekalipun sederhana, tetapi sulit untuk dijawab oleh pelajang.
Seringkali, pelajang juga menjadi sasaran keluarga untuk dicarikan jodoh, terutama bila saudara sepupu yang seumuran telah menikah atau adik sudah mempunyai pacar. Sementara orangtua menginginkan agar adik tidak melangkahi kakak, agar kakak tidak berat jodoh.
Tidak dapat dipungkuri, sebenarnya lajang juga mempunyai keinginan untuk menikah, memiliki pasangan untuk berbagi dalam suka dan duka. Apalagi melihat teman yang seumuran yang telah memiliki sepasang anak yang lucu dan menggemaskan. Bisa jadi, mereka belum menemukan pasangan atau jodoh yang cocok di hati. Itulah alasan mereka untuk tetap menjalani hidup sebagai lajang.
Melajang adalah sebuah sebuah pilihan dan bukan terpaksa, selama pelajang menikmati hidupnya. Pelajang akan mengakhiri masa lajangnya dengan senang hati jika telah menemukan seorang yang telah cocok di hati.
Kehidupan melajang bukanlah sebuah hal yang perlu ditakuti. Bukan pula sebuah pemberontakan terhadap sebuah ikatan pernikahan. Hanya, mereka belum ketemu jodoh yang cocok untuk berbagi dalam suka dan duka serta menghabiskan waktu bersama di hari tua.
Arus modernisasi dan gender membuat para perempuan Indonesia dapat menempati posisi yang setara bahkan melebihi pria. Bahkan sekarang banyak perempuan yang mempunyai penghasilan lebih besar dari pria. Ditambah dengan konsep pilihan melajang, terutama kota-kota besar, mendorong perempuan Indonesia untuk hidup sendiri.



Sumber :
•    http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=pembentukkan+kesan&source=web&cd=3&ved=0CDMQFjAC&url=http%3A%2F%2Ffile.upi.edu%2FDirektori%2FFIP%2FJUR._PSIKOLOGI%2F195009011981032-RAHAYU_GININTASASI%2FPengantar_Psikologi_Sosial_1x.pdf&ei=geSlUevUJcWlrQeyp4C4Bg&usg=AFQjCNE6gTCv7ET0hDADIuSbD_2xaZKbHw&bvm=bv.47008514,d.bmk&cad=rja
•     http://dokterjodoh.blogspot.com/2013/01/tips-memilih-pasangan-yang-baik.html
•    http://hamblog-com.blogspot.com/2013/05/hubungan-interpersonal-dan-cinta.html
•    http://id.wikipedia.org/wiki/Perkawinan   
•    http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/keluarga/psikologi/lima.tahap.dalam.perkawinan/001/007/140/1/1

Cinta dan Perkawinan

Tulisan 6
I.    Cinta dan Perkawinan
Perkawinan adalah ikatan lahir batin seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk sebuah keluarga. Duvall dan Miller (1986) mendefinisikan perkawinan sebagai hubungan antara pria dan wanita yang diakui dalam masyarakat yang melibatkan hubungan seksual, adanya penguasaan dan hak mengasuh anak, dan saling mengetahui tugas masing-masing sebagai suami dan istri.
A.    Memilih Pasangan
Dalam suatu hubungan harus kita harus pinter untuk memilih pasangan,pasangan yang bisa menerima kita apa adanya dan bisa menutupi kekurangan yang ada dalam diri kita sehingga kita bisa melengkapi satu sama lain.Dalam memilih pasangan tidak harus melihat kecantikan luarnya saja tetapi lebih baiknyaa melihat kecantikan dalam dirinya.
dalam berbagai suku mungki banyak permintaan yang diingankan,termasuk pada suku saya sendiri,yaitu suku Batak,pada suku batak orang tua mengharapkan anaknya mendapatkan pasangan hidup satu suku dan satu agama,yang terkadang seorang orang tua mengarapkan anaknya marboru tulang(adat batak),dan yang paling terakhir mandiri dan bisa memasak,
menurut saya itu tidak jauh dari suku yang lain. Memilih pasangan sama seperti memilih baju atau celana yang pas di pakai dan sangat disukai.
B.    Hubungan Dalam Perkawinan
Hubungan dalam perkawinan haruslah harmonis, harus bisa menjaga perasaan masing-masing individu. Jika tidak harmonis pasti dalam pernikahan selalu terjadi pertengkaran. Ayah sebagai suami dari dan ibu sebagai istri. Ayah berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Sebagai istri, ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
•    Ada bebera Fase yang utama pada pernikahan
Fase bulan madu. Fase ini merupakan periode ideal dalam pernikahan. Pasangan cenderung memiliki perasaan positif. Hubungan pun selalu romantis. Pasangan selalu membicarakan berbagai hal yang belum pernah mereka bahas sebelumnya. Pasangan menikah saling memahami dan menghargai pandangan masing-masing. Pada fase inilah pasangan merasakan jatuh cinta yang mendalam, sehingga sikap mereka pun cenderung lebih toleran, fleksibel, terhadap pasangannya. Pasangan menjadi prioritasnya. Sehingga anggapan bahwa cinta mengalahkan segalanya, berlaku pada fase ini. Kalau pun muncul konflik, pasangan menikah di tahapan bulan madu ini akan fokus menjadi solusi. Fase ini berlangsung antara enam bulan hingga dua tahun.
        Fase penyesuaian. Fase ini paling menantang dalam hubungan pernikahan. Pasangan menikah tak lagi melihat dirinya masing-masing sebagai partner. Konflik dalam hubungan umumnya terjadi seputar masalah seks, intimasi, uang, rasa aman, dan masalah anak.Psikolog Azin Nasseri mengatakan, “Tingginya angka perceraian lebih banyak berkaitan dengan cara pasangan menghadapi konflik. Kurangnya kemampuan dan pengetahuan mengenai cara membangun hubungan yang sehat. Termasuk cara memahami dinamika cinta yang alami terjadi.”Kalau saja pasangan mampu dan berkomitmen mengatasi konflik yang membuat mereka merasa kesepian, juga memutuskan untuk mengatasi rasa takit, marah dan penolakan, mereka bisa melewati fase ini lebih baik. Pasangan pun akan memiliki komitmen baru dalam hubungan, dan memiliki apresiasi lebih tinggi juga cinta pada pasangannya.
       Fase kekosongan. Fase ini menandai hari jadi pernikahan ke-20. Pasangan menikah secara perlahan melepas tanggung jawabnya mengasuh anak. Anak-anak mulai beranjak dewasa, bahkan mulai bisa hidup mandiri. Pada periode ini, pasangan menikah mulai memikirkan apa yang ingin dilakukan bersama menikmati kehidupan berikutnya.
C.    Penyesuaian Dan Pertumbuhan Dalam Perkawinan
Seseorang yang sudah menikah harus bisa menyesuaikan diri dengan pasangannya. Harus bisa membagi waktu untuk pasangan dan diri sendiri, harus bisa saling memahami dan lebih berpikir dewasa lagi. Walaupun sudah menikah bukan berarti terikat sepenuhnya karena tiap orang memiliki kebutuhan dan kewajiban masing – masing. Fase kehidupan juga merupakan pertumbuhan dari sebuah pernikahan. Menyatukan dua pribadi yang berbeda untuk terciptanya sebuah penyatuan yang didasarkan atas nama cinta. Segala bentuk persoalan yang pada mulanya membutuhkan bantuan baik dari keluarga dan orang tua, sehingga seiring berjalannya waktu karena telah tumbuhnya kedewasaan yang lebih dan telah terbiasanya mereka hadapi, membuat keduanya  menjadi kuat dan mampu mengadaptasikan diri dalam kehidupan berkeluarga.
Hirning dan Hirning (1956) mengatakan bahwa penyesuaian perkawinan itu lebih kompleks dibandingkan yang terlihat. Dua orang memasuki perkawinan harus menyesuaikan satu sama lain dengan tingkatan yang berbeda-beda. Untuk tingkat organismik mereka harus menyesuaikan diri dengan sensori, motor, emosional dan kapasitas intelektual dan kebutuhan. Untuk tingkat kepribadian, masing-masing mereka harus menyesuaikan diri dengan kebiasaan, keterampilan, sikap, ketertarikan, nilai-nilai, sifat, konsep ego, dan kepercayaan. Pasangan juga harus menyesuaikan dengan lingkungan mereka, termasuk rumah tangga yang baru, anak-anak, sanak keluarga, teman, dan pekerjaan.
Lasswell dan Lasswell (1987) mengatakan bahwa konsep dari penyesuaian perkawinan adalah bahwa dua individu belajar untuk saling mengakomodasikan kebutuhan, keinginan, dan harapan.
Duvall dan Miller (1985) mengatakan bahwa penyesuaian perkawinan itu adalah proses membiasakan diri pada kondisi baru dan berbeda sebagai hubungan suami istri dengan harapan bahwa mereka akan menerima tanggung jawab dan memainkan peran sebagai suami istri. Penyesuaian perkawinan ini juga dianggap sebagai persoalan utama dalam hubungan sebagai suami istri.
D.    Perceraian dan Pernikahan  Kembali
Perceraian adalah berakhirnya suatu pernikahan. Saat kedua pasangan tak ingin melanjutkan kehidupan pernikahannya, mereka bisa meminta pemerintah untuk dipisahkan. Selama perceraian, pasangan tersebut harus memutuskan bagaimana membagi harta mereka yang diperoleh selama pernikahan (seperti rumah, mobil, perabotan atau kontrak), dan bagaimana mereka menerima biaya dan kewajiban merawat anak-anak mereka. Banyak negara yang memiliki hukum dan aturan tentang perceraian, dan pasangan itu dapat diminta maju ke pengadilan.
Sebagai manusia, kita memang mempunyai daya tarik yang tinggi terhadap hal-hal yang baru. Jadi, semua hal yang telah kita miliki dan nikmati untuk suatu periode tertentu akan kehilangan daya tariknya. Misalnya, Anda mencintai pria yang sekarang menjadi pasangan karena kegantengan, kelembutan dan tanggung jawabnya. Lama-kelamaan, semua itu berubah menjadi sesuatu yang biasa. Itu adalah kodrat manusia. Sesuatu yang baru cenderung mempunyai daya tarik yang lebih kuat dan kalau sudah terbiasa daya tarik itu akan mulai menghilang pula. Ada kalanya, hal-hal yang sama, yang terus-menerus kita lakukan akan membuat jenuh dalam pernikahan.

E.    Alternatif selain pernikahan

Paradigma terhadap lajang cenderung memojokkan. pertanyaannya kapan menikah?? Ganteng-ganteng kok ga menikah? Apakah Melajang Sebuah Pilihan??
Ada banyak alasan untuk tetap melajang. Perkembangan jaman, perubahan gaya hidup, kesibukan pekerjaan yang menyita waktu, belum bertemu dengan pujaan hati yang cocok, biaya hidup yang tinggi, perceraian yang kian marak, dan berbagai alasan lainnya membuat seorang memilih untuk tetap hidup melajang. Batasan usia untuk menikah kini semakin bergeser, apalagi tingkat pendidikan dan kesibukan meniti karir juga ikut berperan dalam memperpanjang batasan usia seorang untuk menikah. Keputusan untuk melajang bukan lagi terpaksa, tetapi merupakan sebuah pilihan. Itulah sebabnya, banyak pria dan perempuan yang memilih untuk tetap hidup melajang.
Persepsi masyarakat terhadap orang yang melajang, seiring dengan perkembangan jaman, juga berubah. Seringkali kita melihat seorang yang masih hidup melajang, mempunyai wajah dan penampilan di atas rata-rata dan supel. Baik pelajang pria maupun wanita, mereka pun pandai bergaul, memiliki posisi pekerjaan yang cukup menjanjikan, tingkat pendidikan yang baik.
Alasan yang paling sering dikemukakan oleh seorang single adalah tidak ingin kebebasannya dikekang. Apalagi jika mereka telah sekian lama menikmati kebebasan bagaikan burung yang terbang bebas di angkasa. Jika hendak pergi, tidak perlu meminta ijin dan menganggap pernikahan akan membelenggu kebebasan. Belum lagi jika mendapatkan pasangan yang sangat posesif dan cemburu.
Banyak perusahaan lebih memilih karyawan yang masih berstatus lajang untuk mengisi posisi tertentu. Pertimbangannya, para pelajang lebih dapat berkonsentrasi terhadap pekerjaan. Hal ini juga menjadi alasan seorang tetap hidup melajang.
Banyak pria menempatkan pernikahan pada prioritas kesekian, sedangkan karir lebih mendapat prioritas utama. Dengan hidup melayang, mereka bisa lebih konsentrasi dan fokus pada pekerjaan, sehingga promosi dan kenaikan jabatan lebih mudah diperoleh. Biasanya, pelajang lebih bersedia untuk bekerja lembur dan tugas ke luar kota dalam jangka waktu yang lama, dibandingkan karyawan yang telah menikah.
Kemapanan dan kondisi ekonomi pun menjadi alasan tetap melajang. Pria sering kali merasa kurang percaya diri jika belum memiliki kendaraan atau rumah pribadi. Sementara, perempuan lajang merasa senang jika sebelum menikah bisa hidup mandiri dan memiliki karir bagus. Mereka bangga memiliki sesuatu yang dihasilkan dari hasil keringat sendiri. Selain itu, ada kepuasaan tersendiri.
Banyak yang mengatakan seorang masih melajang karena terlalu banyak memilih atau ingin mendapat pasangan yang sempurna sehingga sulit mendapatkan jodoh. Pernikahan adalah untuk seumur hidup. Rasanya tidak mungkin menghabiskan masa hidup kita dengan seorang yang tidak kita cintai. Lebih baik terlambat menikah daripada menikah akhirnya berakhir dengan perceraian.
Lajang pun lebih mempunyai waktu untuk dirinya sendiri, berpenampilan lebih baik, dan dapat melakukan kegiatan hobi tanpa ada keberatan dari pasangan. Mereka bebas untuk melakukan acara berwisata ke tempat yang disukai dengan sesama pelajang.
Pelajang biasanya terlihat lebih muda dari usia sebenarnya jika dibandingkan dengan teman-teman yang berusia sama dengannya, tetapi telah menikah.
Ketika diundang ke pernikahan kerabat, pelajang biasanya menghindarinya. Kalaupun datang, mereka berusaha untuk berkumpul dengan para sepupu yang masih melajang dan sesama pelajang. Hal ini untuk menghindari pertanyaan singkat dan sederhana dari kerabat yang seusia dengan orangtua mereka. Kapan menikah? Kapan menyusul? Sudah ada calon? Pertanyaan tersebut, sekalipun sederhana, tetapi sulit untuk dijawab oleh pelajang.
Seringkali, pelajang juga menjadi sasaran keluarga untuk dicarikan jodoh, terutama bila saudara sepupu yang seumuran telah menikah atau adik sudah mempunyai pacar. Sementara orangtua menginginkan agar adik tidak melangkahi kakak, agar kakak tidak berat jodoh.
Tidak dapat dipungkuri, sebenarnya lajang juga mempunyai keinginan untuk menikah, memiliki pasangan untuk berbagi dalam suka dan duka. Apalagi melihat teman yang seumuran yang telah memiliki sepasang anak yang lucu dan menggemaskan. Bisa jadi, mereka belum menemukan pasangan atau jodoh yang cocok di hati. Itulah alasan mereka untuk tetap menjalani hidup sebagai lajang.
Melajang adalah sebuah sebuah pilihan dan bukan terpaksa, selama pelajang menikmati hidupnya. Pelajang akan mengakhiri masa lajangnya dengan senang hati jika telah menemukan seorang yang telah cocok di hati.
Kehidupan melajang bukanlah sebuah hal yang perlu ditakuti. Bukan pula sebuah pemberontakan terhadap sebuah ikatan pernikahan. Hanya, mereka belum ketemu jodoh yang cocok untuk berbagi dalam suka dan duka serta menghabiskan waktu bersama di hari tua.
Arus modernisasi dan gender membuat para perempuan Indonesia dapat menempati posisi yang setara bahkan melebihi pria. Bahkan sekarang banyak perempuan yang mempunyai penghasilan lebih besar dari pria. Ditambah dengan konsep pilihan melajang, terutama kota-kota besar, mendorong perempuan Indonesia untuk hidup sendiri.



Sumber :
•    http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=pembentukkan+kesan&source=web&cd=3&ved=0CDMQFjAC&url=http%3A%2F%2Ffile.upi.edu%2FDirektori%2FFIP%2FJUR._PSIKOLOGI%2F195009011981032-RAHAYU_GININTASASI%2FPengantar_Psikologi_Sosial_1x.pdf&ei=geSlUevUJcWlrQeyp4C4Bg&usg=AFQjCNE6gTCv7ET0hDADIuSbD_2xaZKbHw&bvm=bv.47008514,d.bmk&cad=rja
•     http://dokterjodoh.blogspot.com/2013/01/tips-memilih-pasangan-yang-baik.html
•    http://hamblog-com.blogspot.com/2013/05/hubungan-interpersonal-dan-cinta.html
•    http://id.wikipedia.org/wiki/Perkawinan   
•    http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/keluarga/psikologi/lima.tahap.dalam.perkawinan/001/007/140/1/1